Wajibnya Mentaati Dan Meneladani Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
Bersama Pemateri :
Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas
Wajibnya Mentaati Dan Meneladani Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas pada Sabtu, 18 Dzulhijjah 1441 H / 08 Agustus 2020 M.
Ceramah Agama Islam Tentang Wajibnya Mentaati Dan Meneladani Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Kita wajib mentaati Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan menjalankan apa yang diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari syahadat (kesaksian) bahwa beliau adalah Rasul (utusan) Allah. Dalam banyak ayat Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk mentaati Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Di antaranya ada yang diiringi dengan perintah taat kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya…” (QS. An-Nisaa’ [4]: 59)
Kemudian juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat An-Nisa’ ayat 80:
مَّن يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّـهَ ۖ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا ﴿٨٠﴾
“Barangsiapa yang mentaati Rasul, maka sesungguhnya dia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa berpaling dari ketaatan, maka ketahuilah Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.” (QS. An-Nisaa’ [4]: 80)
Di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan barangsiapa taat kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, berarti dia taat kepada Allah. Artinya wajib taat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan ketaatan yang mutlak.
Dengan taat kepada Rasulullah, Allah akan memberikan rahmat kepada kita. Allah berfirman dalam surat An-Nur:
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan taatlah kepada Rasulullah agar kamu diberikan rahmat.” (An-Nur[24]: 56)
Artinya dengan taat kepada Rasulullah, maka Allah akan memberikan rahmat. Dan Allah juga akan memberikan hidayah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِن تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا
“Dan seandainya kalian mentaatinya (mentaati Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), maka Allah akan memberikan petunjuk.” (An-Nur[24]: 54)
Jadi taat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Allah memberikan rahmat, Allah akan memberikan hidayah dan Allah akan mencitai orang yang mentaatinya.
Dan Allah mengancam orang yang mendurhakai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfriman:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapatkan cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (An-Nur[24]: 63)
Artinya hendaknya mereka takut jika hatinya ditimpa fitnah kekufuran, nifaq, bid’ah atau siksa pedih di dunia, baik berupa pembunuhan, hukuman had, pemenjaraan atau siksa-siksa lain yang disegerakan. Allah telah menjadikan ketaatan dan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai sebab hamba mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan atas dosa-dosanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan ketaatan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai petunjuk dan mendurhakainya sebagai suatu kesesatan.
Jadi taat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini mutlak. Ketika seseorang tidak taat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka akan ditimpa fitnah atau adzab yang pedih. Dan Allah memerintahkan dalam suarat Al-Hasyr:
…وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّـهَ ۖ إِنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٧﴾
“Apa saja yang datang kepada kamu dari Rasul, maka kamu ambil. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras siksanya.” (QS. Al-Hasyr[59]: 7)
Dalam surat An-Nur ayat 63 di atas, disebutkan bahwa orang yang menyalahi perintah Rasulullah akan ditimpa fitnah berupa kekufuran, kenifakan, bid’ah atau siksa yang pedih di dunia, atau juga pembunuhan (diberikan hukuman oleh ulil amri), atau dipenjara atau yang lainnya.
Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang wajibnya kita mentaati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mengambil apa yang mengambil apa yang beliau bawa dan menjauhkan apa yang dilarang, pada akhirnya Allah sebutkan:
وَاتَّقُوا اللَّـهَ ۖ إِنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras siksanya.” (QS. Al-Hasyr[59]: 7)
Misalnya Rasulullah memerintahkan untuk mentauhidkan Allah, kita wajib mentauhidkan Allah. Jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk mentaati kedua orang tua, maka kita wajib untuk mentaati. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kita untuk shalat berjamaah, wajib shalat berjamaah. Ketika seseorang tidak shalat berjamaah, akan terkena fitnah. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kita untuk berpegang kepada sunnah beliau, maka kita wajib untuk berpegang kepada sunnah beliau, Jika kita melanggar, maka akan ditimpa fitnah.
Maka kita harus hati-hati. Jangan sampai kita mempertimbangkan orang lain. Yang kita ikut adalah dalil dari Al-Qur’an dan sunnah. Kalau sudah ada dalil dari Al-Qur’an dan sunnah, ikuti dalil itu, jangan lihat kepada perkataan manusia, jangan lihat kepada orang banyak, contoh kita adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Allah mengabarkan bahwa pada diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terdapat teladan yang baik bagi segenap ummatnya. Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari Kiamat dan dia banyak mengingat Allah.” (Al-Ahzaab[33]: 21)
Teladan kita, contoh kita, ikutan kita, dialah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bukan ustadz, bukan kiyai, bukan ulama, tapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ayat yang mulia ini adalah pokok yang agung tentang meneladani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam berbagai perkataan, perbuatan dan perilakunya. Untuk itu, Allah Tabaraka wa Ta’ala memerintahkan manusia untuk meneladani sifat sabar, keteguhan, kepahlawanan, perjuangan dan kesabaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam menanti pertolongan dari Rabb-nya ketika perang Ahzaab. Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat kepada beliau hingga hari Kiamat.” Ini dalam Tafsir Ibnu Katsir.
Dalam Al-Qur’an, Allah telah menyebutkan ketaatan kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan meneladaninya sebanyak 40 kali. Hal ini karena jiwa manusia lebih membutuhkan untuk mengetahui apa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bawa dan mengikutinya daripada kebutuhan kepada makanan dan minuman. Jika seorang tidak mendapatkan makanan dan minuman, ia hanya berakibat mati di dunia. Sementara jika seseorang tidak mentaati dan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka akan mendapat siksa dan kesengsaraan yang abadi.
Antum lihat lagi pembahasan kita tentang iman kepada para Rasul. Saya bawakan tentang kaidah yang bermanfaat tentang wajibnya kita berpegang kepada risalah. Saya bawakan dan saya bacakan dari Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah di juz ke-19, bahwa kebutuhan manusia kepada risalah lebih daripada kebutuhan manusia kepada makan, minum dan semua kebutuhan yang lainnya. Hal ini karena seseorang butuh kepada hidayah, orang butuh kepada dijelaskannya bagaimana beribadah kepada Allah, bagaimana mentaati Allah, bagaimana mentaati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bagaimana kita melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya? Ini harus dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Makanya setiap umat mesti ada Rasul. Karena hidayah dibutuhkan oleh manusia lebih dari kebutuhan kepada makan dan minum.
Ketika seseorang tidak makan dan tidak minum, dia mati. Tapi ketika orang tidak tahu bagaimana mentauhidkan Allah dan menjauhkan syirik, bagaimana dia menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah, maka dia akan sengsara seumur hidupnya, sesat di dunia dan nanti diadzab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di kubur dan juga di akhirat.
Seseorang butuh hidayah. Bagaimana mengetahui hidayah? Tentu dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sehingga manusia ini butuh kepada diutusnya para Rasul agar memberikan penjelasan atau bimbingan agar manusia tahu bagaimana beribadah kepada Allah. Karena manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada Allah.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56)
Beribadah kepada Allah dengan mentauhidkan Allah. Kita harus tahu bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan Al-Qur’an. Dan Rasulullah menjelaskan tentang tauhid rububiyah, uluhiyah, asma wa sifat dan juga semuanya dalam kehidupan ini. Tentang bagaimana kita beragama, bagaimana kita meniti jalan hidup ini agar kita selamat dunia dan akhirat.
Jadi ketika orang tidak mentaati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka dia akan mendapatkan siksa dan kesengsaraan yang abadi.
Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan agar kita mengikuti beliau dalam melakukan berbagai ibadah dan hendaknya ibadah itu dilakukan sesuai dengan cara yang beliau contohkan. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِي أُصَلِّي.
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Bukhari)
Artinya kita untuk shalat sudah ada contoh dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bagaimana cara shalat Nabi dari mulai takbir sampai salam. Itu semua sudah Nabi contohkan dan sahabat melihat bagaimana cara shalat Nabi dari mulai takbir sampai salam. Hal itu sangat jelas, sehingga ditulis oleh para ulama tentang sifat shalat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan Syaikh Al-Albani Rahimahullah telah menulis tentang sifat shalat Nabi. Begitu juga beliau tulis juga beserta dalil-dalilnya dengan lengkap dalam أصل صفة صلاة النبي (Pokok Sifat Shalat Nabi).
Sebagaimana juga beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencontohkan cara wudhu, ini juga jelas. Tapi kalau kita lihat manusia, mereka tidak mengikuti contoh Nabi. Bahkan dalam perkara wudhu masih banyak yang salah.
Begitu juga dalam masalah haji, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
خُذُوْا عَنِّي مَنَاسِكَكُم.
“Ambillah dariku manasik (haji)mu.” (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَن عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيهِ أَمرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak berdasarkan perintah kami, maka amalan itu tertolak.” (HR. Bukhari Muslim)
Lihat juga: Hadits Arbain Ke 5 – Hadits Tentang Bid’ah
Dan sabdanya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
مَن رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي.
“Barangsiapa yang membenci Sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku.” (HR. Bukhari Muslim)
Dan masih banyak dalil-dalil lain yang menunjukkan perintah mengikuti Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan larangan menyelisihinya.
Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48841-wajibnya-mentaati-dan-meneladani-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam/